
Bogor
(17/10/2012) - Lulusan Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN)
diharapkan bisa menguasai ilmu intelijen secara paripurna dan tidak
asing dengan prinsip, doktrin dan metode kerja intelijen. Demikian
penekanan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI Marciano
Norman, pada acara wisuda Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) yang
berlangsung di Gedung Serba Guna STIN, Sentul, Bogor, Rabu, 17 Oktober
2012.
Acara wisuda angkatan ke-V STIN dihadiri oleh Menteri Pertahanan RI
Purnomo Yusgiantoro, Mantan Kepala BIN Jenderal (Purn) AM. Hendropriyono
dan Letjen (Purn) Mutoyib, Mantan Wakil Kepala BIN Mayjen TNI (Purn)
Rusdi dan Dr. HC. Drs. As’ad Said Ali, para pejabat BIN, serta para
dosen pengajar STIN. Hadir pula pada acara tersebut, jajaran komunitas
intelijen seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT),
Kemenko Polhukam, Badan Intelijen Keamanan Polri, Direktorat Jenderal
Kesbangpol Kemendagri, Badan Intelijen Strategis TNI, dan Kejaksaan
Agung.
Sementara, orasi ilmiah Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Purnomo
Yusgiantoro, mengangkat tema “intelijen profesional dalam menghidupkan
keamanan nasional.” Menurut Menhan, para wisudawan diharapkan mampu
mengembangkan lingkungan strategis, baik dari segi kekuatan (
strength), kelemahan (
weakness), peluang (
chance) dan tantangan
(threat) yang dapat menimbulkan potensi ancaman atau ancaman nyata.
“Pada era demokrasi, penataan insan intelijen menjadi mutlak, karena paradigma intelijen sudah harus berkembang.
Smart Intelligence
sebagai paradigma dalam menghadapi ancaman yang semakin kompleks.
Memang dengan perkembangan teknologi tidak bisa dihindari kepaduan
dengan kemampuan teknologi. Dengan kata lain, pengembangan insan
intelijen menjadi kebutuhan yang mendesak menghadapi dinamika keadaan
yang cenderung bergerak cepat, “ sambung Menhan.
Masih menekankan hal yang sama, Menhan menjelaskan, penyerapan dan
pengembangan insan intelijen yang profesional dan berkarakter prosesnya
tidak instan. Membangun profesionalisme intelijen, tidak hanya
mengharapkan smart intelligence yang dapat menerapkan teknologi modern, tetapi perlu memiliki karakter dimensi kepatuhan dan penghormatan terhadap hukum, nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia.
“Untuk itu, STIN mempunyai peran besar dalam menghasilkan smart intelligence yang mampu berfikir secara out of the box yaitu berfikir yang tidak mungkin, “ lanjut Purnomo Yusdiantoro.
Sebelum menutup orasi ilmiahnya, Menhan berpesan beberapa hal kepada
wisudawan STIN. Pertama, mampu mengantisipasi dan mendeteksi sedini
mungkin proses-proses perubahan yang mungkin dapat berdampak terhadap
keamanan nasional. Kedua, berfikir dan berpandangan jauh ke depan dalam
mencermati perkembangan lingkungan strategis. Ketiga, memiliki pemahaman
dan keahlian untuk mengatasi ancaman terhadap aspek transnational, baik
di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan
keamanan. Keempat, mampu mempengaruhi dengan menggunakan berbagai sumber
informasi, baik itu sumber informasi terbuka maupun sumber informasi
tertutup.
“Lulusan STIN harus dapat menjadi insan intelijen yang profesional,
menjadi intelijen yang memiliki kemampuan intelijen berbasis kecerdasan
yang mampu bersinergi dengan ancaman”, tegas Purnomo Yusdiantoro.
Kepala BIN dalam sambutannya mengatakan, sejalan dengan Pasal 22
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara, lulusan STIN
merupakan salah satu unsur utama sumber daya manusia bagi BIN. Para
alumni STIN diharapkan dapat menjadi kader intelijen yang cendekia,
mempunyai kecerdasan tinggi, disamping memiliki sensitifitas yang
mumpuni atas berbagai dinamika yang terjadi, yang dikenal dengan istilah
waspada atau waskita.
“Cendekia dan waskita adalah modal dasar yang harus dimiliki oleh
setiap aparat intelijen sebagai prajurit perang pikir dalam melaksanakan
kegiatannya. Selain itu, sebagai aparat intelijen, juga harus terus
memupuk sifat-sifat lainnya, di antaranya patriotisme dan semangat juang
yang tinggi,” tegas Kepala BIN dihadapan 31 wisudawan/wisudawati STIN
angkatan ke-V.
Kepala BIN secara khusus berpesan kepada wisudawan/wisudawati,
mahasiswa STIN telah dibekali pengetahuan, ketrampilan dan bekal hidup
yang memadai. Dengan bekal 4 kecerdasan, yaitu spiritual, intelektual,
sosial dan emosional, para alumni dapat segera menyesuaikan dan
mengintegrasikan diri dengan lingkungan baru di luar kampus,
memanfaatkan dan menciptakan peluang dalam berkarier, serta mampu
berkompetisi secara sehat dan sportif.
“Sekedar mengingatkan, tujuan intelijen negara adalah mendeteksi,
mengidentifikasi, menilai, menganalisis, menafsirkan dan menyajikan
intelijen dalam rangka memberikan peringatan dini untuk mengantisipasi
berbagai kemungkinan ancaman yang potensial dan nyata, terhadap
keselamatan dan eksistensi bangsa dan negara, serta peluang yang ada
bagi kepentingan dan keamanan nasional,“ tandas Marciano.
Kepala BIN optimis, visi STIN menyiapkan mahasiswa yang memiliki
kemampuan dan menjadi pusat unggulan pendidikan insan intelijen yang
profesional, berkualitas baik intelektual, moral dan fisik, serta
berwawasan nasional dan internasional, dapat diwujudkan oleh para
alumninya.
Mengakhiri sambutannya, Marciano menitipkan pesan, sebagai sarjana
intelijen harus terus mengembangkan ilmu dan ketrampilan, menerapkan dan
mengaplikasikan semua untuk kejayaan bangsa dan negara. (*)
Sumber :http://www.bin.go.id/nasional/detil/148/1/17/10/2012/ka-bin-lulusan-stin-diharapkan-kuasai-ilmu-intelijen-secara-paripurna