Selasa, 23 Oktober 2012

STIN Angkatan ke V di Wisuda


Bogor (17/10/2012) - Lulusan Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) diharapkan bisa menguasai ilmu intelijen secara paripurna dan tidak asing dengan prinsip, doktrin dan metode kerja intelijen. Demikian penekanan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI Marciano Norman, pada  acara wisuda Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) yang berlangsung di Gedung Serba Guna STIN, Sentul, Bogor, Rabu, 17 Oktober 2012.

Acara wisuda angkatan ke-V STIN dihadiri  oleh Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, Mantan Kepala BIN Jenderal (Purn) AM. Hendropriyono dan Letjen (Purn) Mutoyib, Mantan Wakil Kepala BIN Mayjen TNI (Purn) Rusdi dan Dr. HC. Drs. As’ad Said Ali, para pejabat BIN, serta para dosen pengajar STIN. Hadir pula pada acara tersebut, jajaran komunitas intelijen seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Kemenko Polhukam, Badan Intelijen Keamanan Polri, Direktorat Jenderal Kesbangpol Kemendagri, Badan Intelijen Strategis TNI, dan Kejaksaan Agung.

Sementara, orasi ilmiah Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Purnomo Yusgiantoro, mengangkat tema “intelijen profesional dalam menghidupkan keamanan nasional.” Menurut Menhan, para wisudawan diharapkan mampu mengembangkan lingkungan strategis, baik dari segi kekuatan (strength),  kelemahan (weakness), peluang (chance) dan tantangan (threat) yang dapat menimbulkan potensi ancaman atau ancaman nyata.
“Pada era demokrasi, penataan insan intelijen menjadi mutlak, karena paradigma intelijen sudah harus berkembang. Smart Intelligence sebagai paradigma dalam menghadapi ancaman yang semakin kompleks. Memang dengan perkembangan teknologi tidak bisa dihindari kepaduan dengan kemampuan teknologi. Dengan kata lain, pengembangan insan intelijen menjadi kebutuhan yang mendesak menghadapi dinamika keadaan yang cenderung bergerak cepat, “ sambung Menhan.
Masih menekankan hal yang sama, Menhan menjelaskan, penyerapan dan pengembangan insan intelijen yang profesional dan berkarakter prosesnya tidak instan. Membangun profesionalisme intelijen, tidak hanya mengharapkan smart intelligence yang dapat menerapkan teknologi modern, tetapi perlu memiliki karakter dimensi kepatuhan dan penghormatan terhadap hukum, nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia.
“Untuk itu, STIN mempunyai peran besar dalam menghasilkan smart intelligence yang mampu berfikir secara out of the box yaitu berfikir yang tidak mungkin, “ lanjut Purnomo Yusdiantoro.
Sebelum menutup orasi ilmiahnya, Menhan berpesan beberapa hal kepada wisudawan STIN. Pertama, mampu mengantisipasi dan mendeteksi sedini mungkin proses-proses perubahan yang mungkin dapat berdampak terhadap keamanan nasional. Kedua, berfikir dan berpandangan jauh ke depan dalam mencermati perkembangan lingkungan strategis. Ketiga, memiliki pemahaman dan keahlian untuk mengatasi ancaman terhadap aspek transnational, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan. Keempat, mampu mempengaruhi dengan menggunakan berbagai sumber informasi, baik itu sumber informasi terbuka maupun sumber informasi tertutup.
“Lulusan STIN harus dapat menjadi insan intelijen yang profesional, menjadi intelijen yang memiliki kemampuan intelijen berbasis kecerdasan yang mampu bersinergi dengan ancaman”, tegas  Purnomo Yusdiantoro.

Kepala BIN dalam sambutannya mengatakan, sejalan dengan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara, lulusan STIN merupakan salah satu unsur utama sumber daya manusia bagi BIN. Para alumni STIN diharapkan dapat menjadi kader intelijen yang cendekia, mempunyai kecerdasan tinggi, disamping memiliki sensitifitas yang mumpuni atas berbagai dinamika yang terjadi, yang dikenal dengan istilah waspada atau waskita.

“Cendekia dan waskita adalah modal dasar yang harus dimiliki oleh setiap aparat intelijen sebagai prajurit perang pikir dalam melaksanakan kegiatannya. Selain itu, sebagai aparat intelijen, juga harus terus memupuk sifat-sifat lainnya, di antaranya patriotisme dan semangat juang yang tinggi,” tegas Kepala BIN dihadapan 31 wisudawan/wisudawati STIN angkatan ke-V.

Kepala BIN secara khusus berpesan kepada wisudawan/wisudawati, mahasiswa STIN telah dibekali pengetahuan, ketrampilan dan bekal hidup yang memadai. Dengan bekal 4 kecerdasan, yaitu spiritual, intelektual, sosial dan emosional, para alumni dapat segera menyesuaikan dan mengintegrasikan diri dengan lingkungan baru di luar kampus, memanfaatkan dan menciptakan peluang dalam berkarier, serta mampu berkompetisi secara sehat dan sportif.

“Sekedar mengingatkan, tujuan intelijen negara adalah mendeteksi, mengidentifikasi, menilai, menganalisis, menafsirkan dan menyajikan intelijen dalam rangka memberikan peringatan dini untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan ancaman yang potensial dan nyata, terhadap keselamatan dan eksistensi bangsa dan negara, serta peluang yang ada bagi kepentingan dan keamanan nasional,“ tandas Marciano.

Kepala BIN optimis, visi STIN menyiapkan mahasiswa yang memiliki kemampuan dan menjadi pusat unggulan pendidikan insan intelijen yang profesional, berkualitas baik intelektual, moral dan fisik, serta berwawasan nasional dan internasional, dapat diwujudkan oleh para alumninya.

Mengakhiri sambutannya, Marciano menitipkan pesan, sebagai sarjana intelijen harus terus mengembangkan ilmu dan ketrampilan, menerapkan dan mengaplikasikan semua untuk kejayaan bangsa dan negara. (*)
 
Sumber :http://www.bin.go.id/nasional/detil/148/1/17/10/2012/ka-bin-lulusan-stin-diharapkan-kuasai-ilmu-intelijen-secara-paripurna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar